Rasulullah SAW merupakan figur yang patut dicontoh oleh segenap umat manusia dalam berbagai sisi kehidupannya, baik itu kehidupan ekonomi, kehidupan politik, kehidupan sosial, kehidupan beragama, pendidikan, bahkan perang. Secara legal formal, ketentuan untuk memfigurkan rasul sebagai teladan untuk diikuti langsung datang dari Allah Swt, pencipta yang maha mengetahui secara rinci ciptaan-Nya (manusia). Beliau merupakan satu-satunya nabi dalam sejarah yang kisah hidupnya dikenal luas.
Dalam semua catatan biografis yang pernah ditulis, nabi Muhammad SAW. Selalu tampil sebagai tokoh yang sarat dengan nilai-nilai humanisme, bukan hanya dalam kondisi damai, namun juga dalam kondisi perang, bukan hanya dimata kawan, namun juga dimata lawan. Humanisme atau cinta kasih yang ditampilkan rasulullah berbeda dengan cinta kasih yang digembor-gembor kaum Mason, karena cinta kasih menurut mereka hanyalah sebatas kasih sayang terhadap sesamanya dan terhadap orang-orang yang berpandangan seperti mereka saja. Cinta kasih ala Mason hakikatnya bukanlah cinta kasib seperti yang kita kenal, cinta kasih yang mereka ajarkan adalah cinta kasih yang di dirikan diatas ekploitasi terhadap orang lain. Sementara kasih sayang yang diajarkan dan disebarkan rasulullah SAW adalah kasih sayang yang seimbang dan meliputi segalanya. Bukan hanya meliputi umat manusia semata, tetapi juga menjangkau seluruh makhluk di jagat raya.
Berikut ini paparan tentang Diplomasi Rasulullah SAW.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, diplomasi memiliki empat makna. Pertama, urusan atau penyelenggaraan perhubungan resmi antara satu Negara dan Negara yang lain. Kedua, urusan kepentingan sebuah Negara dengan perantaraan wakil-wakilnya di negara lain. Ketiga, pengetahuan dan kecakapan dalam hal perhubungan antara satu negera dan negara lain. Dan yang keempat, kecakapan menggunakan pilijan kata yang tepat bagi keuntungan pihak yang bersangkutan dalam perundingan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat dan lain sebagainya. Nabi Muhammad SAW. Merupakan seorang ahli diplomasi yang langka pada masanya. Karakter diplomatisnya sudah terlihat sewaktu beliau belum diutus menjadi nabi dan rasul. Kepiawaian diplomasi rasulullah SAW. Semakin terlihat saat beliau menjadi kepala city state, Madinah. Salah satu langkah diplomasi rasulullah SAW. Saat beliau menjadi kepada Negara adalah mengirimkan surat-surat kepada para raja dan para kepala Negara untuk menyeru mereka ke jalan Islam yang merupakan jalan kebenaran.
Selanjutnya pembahasan tentang etika jihad dan semangat perang.
Pemahaman masyarakat, terutama masyarakat awam tentang terma jihad dalam agama Islam masih perlu pelurusan. Mereka umumnya masih menganggap, bahwa jihad adalah kata lain dari perang, baik menggunakan senjata ataupun tidak. Jihad paling penting yang harus dilakukan oleh rasulullah SAW, dan para sahabatnya sewaktu di Mekah adalah, menghadapi orang-orang musyrik dengan jalan menyeru mereka kepada kebenaran dalam ajaran Islam dan membendung mereka agar tidak mengikuti tradisi dan agama yang diwarisi dari nenek moyang mereka, mempertahankan kebenaran Islam meskipun mereka mendapatkan penganiayaan dari kafir Quraisy sebagai konsekuensinya, serta mengajak mereka untuk memahami, mengenal, dan memperhatikan berita-berita dan hukum-hukum yang terkandung di dalam Al-Qur'an.
Meskipun demikian, Nabi Muhammad SAW. Memberikan batasan etis untuk para tentara Muslim dalam peperangan. Beliau misalnya memerintahkan mereka untuk tidak membunuh anak kecil, perempuan, laki-laki tua, merusak rumah ibadah, memotong pohon dan menghambur-hamburkan barang berharga.
Cukup sekian pemaparan yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaafkan.
Terimakasih..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar